No image available for this title

Text

Perbandingan Apache II, SAPS 3 dan Modified Sofa terhadap prediksi mortalitas pasien pasca bedah ditinjau dari validitas di ICU RSUP Dr. Kariadi



Latar belakang : Penerapan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJKN) dalam pelayanan ICU mendorong pelayanan ICU untuk lebih efektif dan efisien. Skor APACHE (Acute Physiologi And Chronic Health Evaluation) merupakan skor prediktor outcome, lama rawat, mortalitas dan keparahan penyakit yang digunakan secara luas di dunia. Saat ini, skor APACHE yang digunakan di RSUP dr. KAriadi adalah skor APACHE II yang berdasarkan penelitian sebelumnya memiliki kelemahan dalam memprediksi lama rawat pasien di ICU. Prediksi kematian pasien kritis yang baru masuk Intensive Care Unit (ICU) perlu diterapkan agar dapat mengetahui besar kecilnya peluang pasien memperoleh keuntungan dari perawatan yang dilakukan.
Tujuan : Membandingkan validitas skoring masuk perawatan intensif pasien pasca bedah menggunakan skor APACHE II, SAPS 3, dan MSOFA, terhadap mortalitas pasien di perawatan intensif RSUP Dr. Kariadi Semarang sehingga didapatkan sistem skoring yang baik, mudah dan efisien untuk diterapkan dengan melakukan penilaian missing value, dan diskriminasi dari masing-masing sistem skoring.
Metode : Penelitian ini melibatkan 137 pasien pasca bedah yang dirawat di ICU RSUP dr. Kariadi yang diambil secara retrospektif dari data tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Semua pasien dilakukan penilaian APACHE II, SAPS 3, dan MSOFA. Uji analisis regresi logistik dilakukan untuk menilai pengaruh masing-masing sub variabel terhadap mortalitas, dan selanjutnya mencari cut off point dari analisis kurva ROC untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas masing-masing. Skor validasi ditentukan menggunakan Hosmer-Lameshow goodness-of-fit tes yang ditampilkan menggunakan kurva (ROC) dimana analisis kurva digunakan untuk menentukan area di bawah kurva (AUC).
Hasil : Didapatkan rentang usia rata-rata non survivor (47,89 + 14,19) secara signifikan lebih tua dari survivor (42,49 + 12,68), 41 kasus operasi darurat dan 96 operasi elektif dengan operasi bedah saraf merupakan kasus terbanyak (36 kasus) diikuti operasi digestive 30 kasus. HAsil rata-rata lama rawat di ICU adalah 6,04 hari (4,65) dimana kelompok non survivor memiliki lama rawat di ICU 6,81 hari (5,75) yang lebih panjang dibanding dengan kelompok survivor 5,55 hari (3,75). Area under Receiver Operating Characteristic (AuROC) pada APACHE II, SAPS 3, dan MSOFA berturut-turut didapatkan 0,754, 0,633 dan 0,740. Missing value terbanyak didapatkan berturut-turut pada SAPS 3 sebesar 79,6% dengan dominan sub variabel bilirubin.
Kesimpulan : Skor MSOFA memiliki kekuatan diskriminatif yang sama baiknya dengan APACHE II dalam memprediksi kematian pasien pasca bedah di ICU RSUP dr. Kariadi dengan missing value yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem skoring SAPS3.
Kata kunci : sistem skoring, APACHE II, SAPS 3, MSOFA, AuROC, missing value


Ketersediaan

069/FKUD/TS/2017617.9 NOF pRak Tesis (RT)Tersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
617.9 NOF p
Penerbit FK Undip : Semarang.,
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
617.9
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this